Kalau biasanya orang desa pergi ke kota buat cari kerja, Muhammad, 33 tahun, malah balik ke kampung halaman untuk bikin usaha. Dengan tekad kuat, ia rela resign dari posisi analis kredit di bank buat buka kedai kopi di desa Tuban, Gondangrejo, Karanganyar. Gimana ceritanya? Yuk, simak perjalanan inspiratifnya!
Awal Mula: Tinggalkan Bank Demi Hidup Lebih Berkah
Muhammad memutuskan keluar dari dunia perbankan karena alasan prinsip. Ia merasa bekerja di sektor berbasis riba bikin hidup kurang berkah. Meski berat meyakinkan orang tua, Muhammad tetap teguh pada pilihannya. Butuh waktu setahun buat bikin mereka percaya kalau dia bisa hidup tanpa kerja di bank.
“Aku yakin rezeki itu udah diatur sama Tuhan. Yang penting niat kita baik dan usaha maksimal,” katanya.
Bermula dari Booth Thai Tea
Pada 2018, Muhammad memulai usahanya dengan booth kecil yang menjual Thai tea. Saat itu, Thai tea lagi tren banget. Tapi, ia sadar kalau minuman ini cuma musiman. Akhirnya, Muhammad banting setir ke bisnis kopi.
“Dulu kan di desa jarang banget yang kenal kopi Arabika. Aku pengen ngenalin kopi berkualitas ke masyarakat sini,” ujarnya.
Tantangan di Awal Bisnis
Buka kedai kopi di desa bukan tanpa tantangan. Banyak yang skeptis karena kopi dianggap barang mahal. Tapi, Muhammad nggak menyerah. Ia mengajak pelanggan ngobrol dan menjelaskan soal kopi. Selain itu, buat menjaga harga tetap terjangkau, Muhammad memilih memangkas biaya produksi dengan memanggang kopi sendiri.
Pindah Lokasi Karena Pandemi
Kedai kopi Muhammad sempat berada di ruko depan pabrik. Tapi, pandemi COVID-19 memaksa ia pindah lokasi karena ruko itu dijual pemiliknya. Pada 2020, Muhammad mulai membangun kedai baru yang lebih strategis. Lokasi baru ini ternyata membawa berkah, karena lebih dekat dengan kecamatan, kelurahan, dan polsek.
“Awalnya sepi banget karena pembatasan, tapi alhamdulillah sekarang udah stabil. Pendapatan per bulan rata-rata Rp50-80 juta,” jelasnya.
Menu yang Terus Berkembang
Kini, kedai Wilis Coffee and Thai Tea nggak cuma jual kopi. Ada juga minuman non-kopi, camilan, makanan berat, bahkan menu grilled. Semua dibuat dengan bahan berkualitas, termasuk kopi Arabika grade 1.
“Prinsipku, orang yang datang ke sini harus pulang dengan rasa puas. Jadi, harga dan kualitas harus seimbang,” tegas Muhammad.
Pelajaran Hidup dari Usaha Kopi
Selain jadi pengusaha, Muhammad juga punya prinsip kuat soal karyawan. Waktu kedai tutup tiga bulan karena pandemi, ia tetap menggaji mereka meski cuma 50 persen. Baginya, keberhasilan usaha nggak cuma soal profit, tapi juga soal keberkahan dan manfaat untuk banyak orang.
Buat Gen Z yang pengen mulai usaha, Muhammad punya pesan: “Yang penting konsisten dan percaya sama diri sendiri. Rezeki itu pasti ada, asal kita niat baik dan usaha maksimal.”
Inspirasi Buat Anak Muda
Kisah Muhammad jadi bukti kalau sukses nggak melulu soal kerja kantoran atau di kota besar. Dengan tekad, strategi, dan doa, bahkan usaha kecil di desa bisa berkembang pesat.
Jadi, buat kamu yang masih ragu mau mulai usaha, ingat pesan Muhammad: Nekat aja dulu, sisanya ikhtiar!